Pages

Senin, 12 September 2011 - 1 komentar

Tiga FF Terbaik Bulan September: EVEN FF KOMUNITAS PENULIS FIKSI

tiga FF ini dinilai dari beberapa kriteria, salah satunya adalah kekuatan karakter yang ada di dalamnya. semoga bulan berikutnya FF yang masuk bisa lebih baik lagi. aamiin. :)

1. ::BLOODY FANG::
 Oleh : Indah Rahmawati
 ...

Aku merasakannya lagi. Getaran itu kembali. Seolah menyergapku kedalam labirin rahasia dan menyekapku seiring jalannya waktu.

Dikegelapan dia berteriak seraya menghempaskan tangannya ketanah, mencengkramnya. Bergelut dibalik sana dengan sesosok bayangannya yang tak nyata. Seolah mengajaknya menjadi sebuah individu baru.

"Ada apa denganmu Jack ?!" ucapku seraya berlari mendekatinya.
"Aku tak apa, pergilah jangan lihat aku saat seperti ini!" ucapnya. Dia melepaskan tanganku dibahunya dengan kasar.
"Apa maksudmu? Aku istrimu!"
"Sudah, aku tak mau kita bertengkar hanya karena sakit kepalaku ini," tukasnya dan segera berlari menjauhiku masuk kedalam gelapnya lorong-lorong apartemen kumuh.

Dia mengabaikanku, membuang segala perhatianku padanya. Usia pernikahan kami yang baru seumur jagung membuatku sadar, betapa kecewa aku padanya. Dia berubah, berubah seiring jalannya waktu. Semenjak 2 hari yang lalu, sampai sekarangpun ia belum kembali menemuiku.
"Kemana kau Jack," ucapku seraya memandang fotonya dibingkai emas.

Sebuah suara gaduh membangunkanku malam itu. Aku beranjak dari tempat tidur, mengintip dari balkon atas kamarku. Kulihat seseorang mengendap-ngendap masuk kedalam rumah Mr. Herry dan seketika sebuah teriakkan menggema dari dalam rumah itu. Tak ada seorangpun bangun, tetangga sekalipun. Hanya aku. Dan mungkin kini aku harus tau apa yang terjadi dan apa yang dilakukan lelaki itu dirumah Mr.Herry.


Aku berjalan kemeja riasku, mengambil jaket kulitku. Aku berjalan pelan berusaha tak ada suara sedikitpun dari hentakan sepatuku. Pintu Mr.Herry tak terkunci. Kubuka perlahan. Kulihat tak ada sedikitpun barang yang berantakan. Aku mendekati sebuah ruangan yang kuperkirakan adalah kamar Mr.Herry dan istrinya.
Clek !
Kuhidupkan lampu ruangan itu. Pandanganku menyapu ruangan itu. Seketika aku tersontak. Mr.Herry terkapar dibawah ranjangnya matanya terbelalak seakan perih meregang nyawa, Ms.Herry membiru sebuah garis kuku tergambar dilehernya yang putih. Aku menutup mulut. Ingin segera keluar dari tempat itu.
"Tak mungkin..." ucapku dan segera berlari dari tempat itu.
Tiba-tiba seseorang menghentikan langkahku. Menyeringai menatapku. Aku terbelalak.
"Jack?!" teriakku.
Kulihat dia tersenyum manis, cairan merah itu mengalir melewati celah bibirnya. Mengeluarkan sebuah taring putih berdarah. Dia menatapku lekat. Aku berusaha lari. Tapi dia tak kalah cepat. Dia mencekal tanganku.
"Maafkan Aku Marrin," ucapnya seraya memegang kepalaku dan mengarahkan bibir berbisanya keleherku.
"Tidaaaaaaak".

#END

2. JUDUL BELUM ADA
    oleh: Mitha Juniar
Bisa geser sedikit mba ?” kataku pada seorang perempuan diruang tunggu para pelamar kerja.
Tapi si perempuan itu hanya diam tanpa kata, ku coba ulangi kata-kataku mungkin saja ia tidak dengar.
“Maaf mba, bisa duduknya digeser sedikit ?” kal...i ini kata-kataku agak keras.
Ia hanya menoleh sinis padaku tapi tak menggeser posisi duduknya.
“ Hellooo .. anda dengar kata-kata saya ?” agak kesal aku dibuatnya.
“ Mau melamar kerja ?” katanya sinis sambil memberi celah untukku duduk.
“ Yaiyalah, sudah ada tulisannya kan RUANG TUNGGU PELAMAR KERJA.” Kataku balik sinis padanya.
“ Oh.” Ia melanjutkan membaca.
Tiba-tiba keluar teknisi AC dari dalam ruangan penginterview.
“ Bu, sudah selesai. Sekarang ACnya sudah bisa berfungsi lagi.” Kata teknisi itu begitu sopan pada wanita disebelahku tadi.
Ia menatap tajam kearahku dan berlalu didalam ruangan penginterview, sedangkan aku down dibuatnya.
Gubbrraaakkk ....


3. TERHIMPIT.
    By : Nyi Pede.

Aku berlarian mengejar kupu-kupu di taman belakang sekolah. Menikmati keindahan yang Tuhan ciptakan menemani semesta. Mungkin jika Tuhan mengizinkan, aku ingin jadi peri bersayap menemani Tuhan membagi kebahagiaa...n kepada hamba-hambanya yang bertaqwa. Atau sekedar bidadari kecil pelipur lara bagi yang berduka.

“Hei Kau anak jadah, sini!” Ringgo namanya. Teman sekelasku, yang suka berlaku semena-mena kepada siapa saja yang tak patuh oleh perintahnya.

“Kau lihat di pojok sana ada siapa?” refleks aku menoleh ke arah yang di tuju.

“Kau goda dan rayu dia, ajak dia tidur bersamamu.” mataku membulat tajam.

“Aku tak serendah dan hina seperti yang kau fikirkan.” Ia tertawa terbahak, tangannya mencekal kedua pipiku, membuat bibirku maju sepersekian centi.

“Kau kira kau gadis cantik? Kau kira kau gadis kaya yang bisa beli apa saja? Kau ini anak seorang pelacur. Sudah bisa makan nasi saja kau untung, semua yang melekat ditubuhmu adalah hasil jerih payah uang haram. Stempel itu akan melekat dalam hidupmu. Anak seorang P-e-l-a-c-u-r.” Aku mulai kalap, seperti tersengat listrik tubuhku, hati dan jiwaku berontak. Aku bertingkah, kucekik lehernya, tanganya meninju perutku. Aku limbung. Dia bangkit mendekat menjambak rambutku.

“Jangan pernah berani melawan aku lagi anak haram! Gemeletuk giginya terdengar jelas tepat diwajahku. Aku mendorongnya ke sela-sela jeruji tembok belakang, ia mengejarku tak terima. Dia beringsut mengejar. Kekuatan lelaki selalu lebih hebat dari wanita. Ia sudah berada tepat dihadapanku, menghantam telak lambungku. Aku diseret ke gudang sekolah.

Tidak pernah akan ada yang melihat kesakitan ini. Tidak ada yang bisa menolongmu ketika orang yang paling berkuasa menindasmu. Tapi Tuhan maha melihat apa yang kau perbuat, kejahatanmu, kecuranganmu, keserakahanmu, kebejatan manusia. Aku tak bisa apa-apa, dia mulai membuka kancing demi kancing bajuku. Tatapanya seperti iblis, matanya seakan menguliti tiap inci sel darahku. Aku tak punya pilihan, cutter ini yang selalu membuatku ingin meneanjangi jantungnya. Tepat ia akan menodai kehormatanku. Jiwa yang berpadu dengan senyawa alkohol dan asap ceurutu, mengais menahan perih. Menggelepar seperti ayam yang terhunus pisau dapur. Aku adalah nafas yang terbingkai dalam ribuan mawar dan pelacur.

1 komentar:

Posting Komentar